Karakter memberikan gambaran tentang suatu bangsa, sebagai penanda, penciri sekaligus pembeda suatu bangsa dengan bangsa lainnya. Karakter memberikan arahan tentang bagaimana bangsa itu menapaki dan melewati suatu jaman dan mengantarkannya pada suatu derajat tertentu. Bangsa yang besar adalah bangsa yang memiliki karakter yang mampu membangun sebuah peradaban besar yang kemudian mempengaruhi perkembangan dunia. Demikianlah yang pernah terjadi dalam sebuah perjalanan sejarah.
“DIRI KITA ADALAH WUJUD SUKSES ITU SENDIRI”
Nabi Muhammad sebagai manusia sempurna yang pernah hidup di muka bumi telah memberikan contoh keteladanan bagaimana membangun sebuah karakter bangsa dan mempengaruhi dunia. Sehingga Michael H Haert penulis buku 100 tokoh berpengaruh di dunia menempatkan Nabi Muhammad sebagai manusia paling berpengaruh sepanjang sejarah kemanusiaan, karena mampu merubah sebuah wajah karakter masyarakat dari realitas masyarakat yang sangat tidak beradab, suka menyembah patung, suatu produk manusia yang disembahnya sendiri, suka berjudi, suka membunuh para anak perempuannya karena dianggap melemahkan citra diri keluarga besar (suku), memberikan penghargaan atas wanita dengan cara yang sangat murah dan keji, memperjualbelikan manusia dengan sistem perbudakan. Semua realitas itu kemudian dirubah dengan cara yang sangat indah dan cerdas melalui keteladanan dan dibangun karakter masyarakatnya kemudian mampu mempengaruhi karakter bangsanya sehingga dapat diakui dalam percaturan sebuah kawasan (jazirah) bahkan hingga mampu merubah sejarah perjalanan dunia. Dari sebuah bangsa yang tidak pernah dikenal dalam sejarah hingga mampu menjadi trend setter sebuah peradaban dunia dan mampu berlangsung sangat lama, 1400 tahun mendampingi sejarah perkembangan peradaban dunia hingga saat ini. Semua itu karena pembangunan karakter bangsa yang dibangun oleh Nabi Besar Muhammad saw yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan Akhlaq. Aklaq sebagai suatu nilai dan tindakan perilaku yang tinggi berdasarkan pada nilai-nilai luhur agama dan wahyu yang dapat mengantarkan manusia pada derajat tertinggi kemanusiaan baik di sisi manusia maupun di sisi Tuhan Sang Penguasa Kehidupan. Dan inilah yang menjadi tugas utama kenabian Muhammad saw yaitu untuk membangun dan memperbaiki Akhlaq manusia. Sebagaimana di dalam sabdanya : “Tidaklah aku di utus (ke muka bumi) kecuali untuk menyempurnakan akhlaq manusia”. Sehingga Nabi Muhammad kemudian benar-benar fokus dan consent untuk melakukan proses pembentukan, penyempurnaan dan penguatan akhlaq (karakter generasi) ini sebagai modal dasar melakukan sebuah perubahan besar dan pembangunan peradaban besar. Usaha keras dan sungguh-sungguh ini dalam waktu yang sangat singkat ternyata telah mampu menampakkan hasilnya. Generasi terbaik dan kuat itu berhasil terbentuk. Sebuah generasi yang siap membangun peradaban besar dunia yang memberikan pengaruh besar bagi perubahan-perubahan besar selanjutnya. Sehingga pernah bersabda bahwa, “sebaik kaum (kurun/masa) adalah masaku, kemudian setelahnya (para sahabat), kemudian setelahnya (tabi’in)”.
Hasil pembentukan karakter itu bertahan dengan sangat baik, kuat dan kokoh dalam Tiga generasi selama lebih kurang 500 tahun tetap dijaga, dipelihara dan dipertahankan dalam menjalani kehidupan tentu dengan segala pernak-perniknya dan dinamikanya. Pembangunan karakter ini kemudian melahirkan orang-orang besar sepanjang sejarah dan mampu mewarnai dunia melalui kekuatan karakter kepribadiannya. Misalnya kita bisa mengenal dari generasi sahabat Abu Bakar Asshiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib. Kemudian dari generasi tabi’in, Umar bin Abdul Aziz, Thariq bin Ziyad, Harun Ar Rasyid dan generasi selanjutnya yang semua mereka telah tampil dalam pentas sejarah dengan karakternya yang kuat, penuh gagah berani, akhlaq yang agung, mampu membangun sejarah dan merubah dunia.
Namun hasil pembentukan karakter itu tidak hanya berhenti pada tiga generasi tersebut melainkan terus bertahan dalam kurun waktu yang panjang dan berdampak luas. Yang bermula hanya dari sebuah kota kecil di Makkah dan merubah sebuah jazirah bahkan melampaui jauh sebuah kawasan hingga menembus batas-batas Eropa, Asia bahkan dunia. Di Eropa (disadari dan diakui atau tidak oleh sejarah barat) pembentukan karakter ini bertahan cukup lama semenjak masuknya generasi Nabi Muhammad ini ke dataran Eropa melalui pintu Spanyol di selat Giblartar atau selat Jabal Thariq, diambil dari nama panglima perang yang diberi tugas oleh Khalifah Umayyah, ‘Abdul Malik bin Marwan pada bulan Rajab 92 H atau tahun 711 Masehi1. Sehingga Andalusia Spanyol dengan ibukota-nya Kordoba menjadi pusat peradaban Kekuasaan Daulah Umayyah di Eropa. Di kota ini pulalah berkembang peradaban yang tinggi dengan pilar utama pengembangan pemikiran dan keilmuwan. Bahkan pada tahun 168H-170H /786 Masehi dibangun masjid Jami’ pertama di Kordoba oleh Abdurrahman ad Dakhil — penguasa tangguh Daulah Umayyah di Andalusia — dengan luas 25.000 meter persegi, dihiasi ornamen arsitektur yang sangat indah, dinding dan langit-langitnya dihias dengan ayat Al Quran. Masjid ini dikelilingi dengan taman-taman yang sangat menawan, dialiri air melalui pipa logam yang canggih pada jamannya. Keindahan masjid ini masih dapat dinikmati hingga sekarang walau telah berubah fungsi menjadi gereja. Masjid ini pada masanya kemudian menjadi universitas Islam terbesar di Andalusia Spayol pada abad-abad pertengahan bahkan pada tahun 171H/787M dibangun perpustakaan besar yang menjadi sumber inspirasi dan pilar penting membangun peradaban yaitu ketinggian ilmu pengetahuan sehingga menjadikan peradaban Islam di Eropa mencapai derajatnya yang tertinggi, sementara negara-negara lain di Eropa hidup dalam kegelapan dan kebodohan (Dark age). Bahkan jauh sebelum peradaban modern melakukan sesuatu sebagaimana saat ini, Islam telah melakukannya dan menjadi ispirasi bagi mereka seperti : pada TH. 694 M/ 73 H pada masa daulah Umayyah , khalifah Abdul malik bin Marwan, melakukan Penyatuan Mata Uang dunia Islam (mata uang emas dinar dan mata uang perak dirham), pada tahun 703M/84H) beliau menjadikan Bahasa Arab sebagai bahasa pemersatu dan bahasa resmi di seluruh wilayah Islam.
Cahaya Islam melalui karakter dan perilaku ummatnya pada saat itu telah mampu membangun kebangkitan moral dan keilmuan di jantung Eropa yang menjadikan Andalusia sebagai mercusuar peradaban dan ketinggian pemikiran dalam lingkup yang luas. Sehingga mampu menghasilkan para ilmuwan yang sangat berpengaruh bagi perkembangan ilmu pengetahuan, misalnya Al-Zarkali di Kordoba Spanyol (1029M) perancang tabel astronomi Toledian pada tahun 1080 Myang memodifikasi skema Ptolemic tentang cakrawala dengan menganjurkan perbedaan bundar pada atap ‘epicycie’ planet mercuiy. Demikian pula Ibn Bajjah di Saragoza (1139 M), Abu Bakr di Granada (1185 M) dan al-Bitruji (1200-an M).
Belum lagi jauh di timur, dalam kekuasaan daulah Abbasiyah di Baghdad Iraq (141H/758M) telah menjadi ibu kota ilmu pengetahuan tempat bertemunya para ilmuan, filusuf, peneliti dari seluruh penjuru dunia di darul hikmah untuk mengungkapkan rahasia alam semesta bahkan juga banyak melahirkan para tokoh keilmuan seperti Ja’far Muhammad al Sadiq (765 M). adalah Jabir bin Hayyan (776 M) Al Farghani (850 M), A1Battani (858-929 M) dan Thabit bin Qurra (826-901 M), dan banyak lagi hasil karya fenomenal monumental yang menjadi dasar dalam pengembangan keilmuan modern, misalnya temuan tokoh ilmuwan islam tentang ilmu Aljabar dan trigonometri oleh Abu Ja’far Muhammad bin Musa Alkhwarizmi. Sekaligus yang berjasa menemukan angka Nol. Sebagai peletak dasar perkembangan beragam keilmuan dan teknologi modern. Bidang Kedokteran, Eropa saat itu menyatakan penyakit disebabkan oleh roh jahat. Namun Ilmuwan muslim kala itu berdasarkan hasil penelitian mereka menyimpulkan bahwa penyakit disebabkan oleh makhluk kecil yang terlalu kecil utnuk dilihat dan pasien harus dirawat ditempat terpisah dari orang-orang sehat. (awal Rumah sakit pertama di dunia. TH. 877M di Mesir oleh Ahmad bin Thulun). Sementara itu di bidang Astronomi Islam telah jauh sebelumnya menyatakan bahwa bumi dan semua planet mengelilingi matahari (heleosentris) sementara Eropa dan Barat melalui doktrin gereja memahami sebaliknya yaitu mataharilah yang mengelili bumi, dan matahari sebagai pusat tata surya (teosentris).
Beragam data yang disebutkan di atas menunjukkan bahwa mereka semua adalah para ilmuan yang sangat handal dibidangnya, kimia, matematika, astronomi yang memberikan kontribusi sangat signifikan dan peletak dasar bagi perkembangan ilmu pengetahuan dunia modern. Inilah kemudian yang mampu menginspirasi Eropa dan Barat untuk berubah dan ikut tercerahkan yang di dalam sejarah dinamakan dengan renaisance (kelahiran kembali), mencerahkan Eropa (Aufklarung) pada tahun 1350 M, bahkan mendorong masyarakat Eropa pada ratusan tahun kemudian untuk bangkit hingga kemudian mereka melakukan revolusi (revolusi Perancis antara tahun 1789-1799, dan kemudian dilanjutkan dengan revolusi industri antara tahun1760-1830) dengan tujuan untuk berubah dari realitas yang pada awalnya hidup dalam kegelapan (Dark Age : tahun 900-1500-an) penuh penindasan hingga terang benderang sebagaimana saat ini bahkan gaung perubahan yang terjadi itu menggema hingga dataran Amerika. Mungkin kita tidak akan pernah melihat bangsa Jerman, Inggris, Portugal, Belanda hingga Amerika sekalipun bisa besar seperti sekarang ini jika tidak pernah terjadi persinggungan dengan nilai-nilai karakter yang pernah dipernah diperkenalkan oleh generasi Nabi Muhammad saat membangun peradaban disana pada awal-awal sejarah kebangkitan.
Apa yang dialami oleh Eropa hingga seperti realitas saat ini, Semua itu karena terjadinya persinggungan pada awal sejarah dengan karakter peradaban yang dibawa dan dibangun oleh generasi penerus Nabi Muhammad yang pernah menjejakkan kaki dan membangun peradaban di Eropa. Yang pasti karakter yang dibangun itu mampu dirasakan hingga saat ini walaupun generasi terbaru belum pernah hidup, melihat dan menikmati secara langsung masa awal pembentukan karakter itu. Bahkan generasi baru itu bersedia mempraktekkannya, menirukannya bahkan memperjuangkannya. Hal ini tentu merupakan suatu realitas yang sangat luar biasa karena karakter itu mampu masuk ke dalam benak dan hati generasi setelahnya dan menjadi inspirasi serta contoh bagi generasi setelahnya untuk turut menirunya. Hal ini menandakan bahwa awal pembentukan karakter itu memiliki kekuatan yang sangat luar biasa sehingga mampu memberikan gema dan gaung yang sangat panjang dan lama. Ibarat kita meneriakkan sesuatu pada sebuah bukit, gaung dan gema teriakan itu terus terdengar dengan cukup keras, jauh dan panjang bahkan hingga ratusan tahun atau lebih dari seribu tahun. Ibarat kita melemparkan sebuah batu pada suatu kolam atau danau, percikan dan lingkaran yang dibuat atas dampak dari lemparan itu mampu membuat sebuah lingkaran yang sangat besar, jauh dan lama hingga mampu dirasakan dibibir pantai kehidupan itu hingga saat ini. Hal ini menandakan bahwa awal tindakan itu memiliki sebuah kekuatan yang sangat dahsyat dan luar biasa hingga mampu bertahan sampai bibir kehidupan seperti saat ini. Demikanlah pentingnya sebuah pembentukan karakter suatu bangsa.
Lihatlah pula Jepang, dahulu Jepang merupakan negara yang sangat miskin sehingga banyak orang-orang Jepang yang merantau meninggalkan negaranya mencari kehidupan baru di Amerika, Brazil atau Peru yang saat itu sedang dalam proses kelahiran suatu negara. Sehingga tidak heran kalau kita pernah mendengar istilah “Nikei” yaitu sebutan untuk orang Amerika, Brazil, atau Peru keturunan Jepang. Sebelum 1853, Jepang adalah negara yang sangat tertutup dan diperintah dengan cara yang sangat feodalistik. Kemudian pada tahun 1868 Jepang melakukan sebuah niat perubahan yang dinamakan dengan restorasi Meiji (nama kaisar saat itu) untuk kemudian membuka diri, menanamkan keyakinan bagi rakyatnya untuk menjadi maju dan besar, membangkitkan kembali nilai-nilai karakter bangsanya melalui reformasi besar-besar di dunia pendidikan, mereka kemudian menanamkan dengan kuat nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsanya itu kepada generasinya yang mampu mendrongnya untuk maju dan segera bangkit. Nilai-nilai yang diinspirasi oleh semangat mental Bushido atau jalan hidup samurai yaitu kerja keras, jujur, ikuti pemimpin, tidak individualis, tidak egois, bertanggung jawab, bersih hati, harus tahu malu. Nilai-nilai ini ditanam dan dipraktekkan secara konsisten baik dirumah, sekolah maupun di masyarakat termasuk diawali oleh semangat para pemimpinnya pada saat itu. Restorasi Meiji inilah sebagai katalis dalam kemajuan Jepang menuju negara industri maju. Keberhasilan Restorasi Meiji ini diakui dunia tidak ada bandingannya di seluruh dunia. Dalam jangka waktu hanya sekitar 30 tahunan telah berhasil membawa Jepang dari negara terisolasi, terbelakang dan tradisional menjadi negara maju yang kompetitif dengan negara-negara barat.
Demikian pulalah yang terjadi pada tahun 1945, di saat Jepang hancur berantakan karena serangan bom yang dilancarkan oleh sekutu dan memperak-porandakan Nagasaki-Hirosima hingga mampu menghancurkan segala sendi perekonomian dan kehidupan di Jepang pada saat itu. maka kaisar jepang membangkitkan kembali bangsanya dengan menggerakkan para guru dan semua potensi negaranya untuk kembali meraih kejayaan melalui semangat restorasi meiji yang pernah mereka jalani sebelumnya. Sehingga mereka mampu segera bangkit dan mensejajarkan diri kembali dengan negara besar lainnya sebagaimana yang terjadi pada saat sekarang ini dimana bangsa Jepang telah mampu membuktikan diri kepada dunia sebagai bangsa yang memiliki kompetensi ilmu pengetahuan dan teknologi maju yang dapat disejajarkan dengan Amerika dan negara maju lainnya.
Sekarang cobalah lihat dan bandingkan dengan bangsa Indonesia, pada tahun yang sama 1945 bangsa Indonesia mengawali kemerdekaannya, persis sebagaimana Jepang mengawali bangkit dari kehancuran. Setelah sekian tahun berlalu (sejak tahun 1945) hingga saat ini, apa yang telah dihasilkan oleh bangsa ini dan apa pula yang telah diraih oleh Jepang. Keduanya memiliki realitas yang sangat berbeda. Jepang telah berlari kencang dengan hasil karya ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat canggih bahkan menjadi trend setter teknologi dunia. Pertanyaannya bagaimana dengan Indonesia?. Apa yang menjadi penyebab pembeda bagi keduanya? Inilah kekuatan pembentukan karakter itu. Jepang bangkit karena konsistensi dan semangat membangun karakter bangsanya sejak restorasi meiji itu.
Belajar dari beragam kisah bangsa-bangsa yang bangkit dari keterpurukan dan kemudian mampu meghiasi sebuah perabadan manusia, sebagaimana yang terjadi di Jazirah Arab oleh Nabi Muhammad melalui jalur dakwah, Eropa dan Amerika melalui renaisance dan revolusinya, Jepang melalui restorasi meiji-nya, hal ini memberikan pelajaran bagi kita semua bahwa jika suatu bangsa ingin bangkit dan besar maka yang harus dilakukannya adalah membangun karakter bangsanya dan menguatkannya dalam kehidupan.